10 Januari 2015

Ulama berbicara tentang Cinta

- 0 komentar

Kebalikan dari apa yang digambarkan sebagian orang, banyak sekali ditemukan para ulama Islam yang menulis tentang cinta,

di antara yang terpenting adalah nama-nama sebagai berikut seperti:

-Imam Muhammad bin Daud Azh-Zhahiri (296 H) yang mengarang buku tentang tema tersebut dengan judul Az Zahrah,
-Muhammad bin Jafar al Kharaithi (327 H) dengan Itilal Al Qalb,
-Imam Ibnu Hazm dengan Thauq Al Hamamah, Imam Ibnu Jauzi dengan Dzammul Hawa,
-Imam Ibnu Qoyyim Aljauziyah (756 H) dengan Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin,
-Imam Mukhallati Ibnu Qalij (762 H) dengan Al Wadhih Al Mubin fi Dzikri man Isytasyhada minal Muhibbin,
-dan Imam Marai bin Yusuf (1033 H) dengan Muniatul Muhibbin wa bughyatul Asyiqin.

Berikut ini pendapat sebagian mereka:

1. Cinta Menurut Imam Muhammad Ibnu Daud

Imam Muhammad Ibnu Daud berkata, Kami telah menuturkan beberapa pendapat penyair mengenai cinta bahwa cinta pada mulanya terjadi dari penglihatan dan pendengaran. Kemudian bila Allah menghendaki kita dibuat untuk dapat selalu mengingat-ingat apa yang mungkin diakibatkan oleh pendengaran dan penglihatan.

Lantas kenapa bisa terjadi cinta dan bagaimana?

Bagi orang awam keberadaan cinta tidak terlalu menjadi perhatian mereka, sedangkan bagi orang-orang yang ahli mereka selalu mempertanyakan sebab-musababnya.

Dari Nabi shalallahu 'alaihi wa salam beliau bersabda :Ruh-ruh adalah layaknya tentara perang yang disiagakan, barangsiapa yang saling pengertian dengannya maka akan terjalin sebuah hubungan yang harmonis dan barangsiapa yang mendustainya maka akan timbul permasalahan yang ditimbulkan darinya.

Seorang penyair berkata : Aku membawa segunung cinta untukmu Sedang aku sesungguhnya tidak mampu membawa jubah dan aku begitu lemah

Cinta bukanlah bagian dari kebaikan dan tenggang rasa Akan tetapi cinta adalah sesuatu yang karenanya jiwa terbebani dengan beban yang berat .

Sedang Imam berpendapat bahwa cinta yang hakiki adalah, Tidak berpikir untuk mencintai selain kekasihnya dan tidak mengharap ketenangan kecuali dari orang yang telah menyiksanya, Ia juga berkata,

"Jika seorang kekasih bersabar dengan ujian dari kekasihnya (kalimat ini ditujukan kepada pengorbanan cinta untuk menggambarkan seberapa jauh cintanya), maka hal yang demikian itu adalah sebuah keberuntungan yang besar dan kesadaran yang agung".

Bagaimana tidak, jika sepasang kekasih yang hatinya bersih yang dimulai dengan penyamaan karekter (maksudnya penyesuaian rohani) kemudian harus berhadapan dengan batasan-batasan dari etika agama (maksudnya kepantangan pencinta dari apa yang bisa menodai cinta mereka berdua) lalu diuji dengan menjalani serangkaian uji coba, maka sepasang kekasih akan sampai pada keadaan dimana harapan terdekatnya akan menjadi sebuah kenyataan.

2. Cinta Menurut Ibnu Hazm

Imam Ibnu Hazm berkata, Cinta adalah sesuatu yang permulaannya seperti sebuah senda gurau dan akhirnya adalah merupakan keseriusan. Karena keagungannya, arti cinta sangat rumit untuk digambarkan, maka engkau tidak akan dapat menemukan hakikatnya kecuali dengan pengorbanan (perhatikan teori filsafat dalam kalimat ini, kalimat ini tidak membuka kemungkinan kalau cinta dapat ditemukan hakikatnya oleh orang yang tidak pernah mengalaminya, oleh karena itu tidak boleh bagi orang tersebut untuk memberikan keputusan hukum tentang cinta).

Sementara orang-orang telah berbeda pandangan mengenai hakikat cinta yang sebenarnya, mereka berkata kesana-kemari. Menurut pendapat saya, cinta adalah pertautan antar bagian-bagian jiwa yang terbagi pada asal unsurnya yang luhur.

Kita pun telah tahu bahwa rahasia mengenai percampuran dan perbedaan pada segala penciptaan sesungguhnya adalah suatu pertemuan dan pemisahan unsur-unsur yang terdapat dalam jiwa dan raga.

Ibnu Hazm mengatakan bahwa sesuatu akan saling tarik menarik dengan persamaannya. Kemudian persesuaian yang ia maksudkan bukanlah persesuaian dalam bentuk etika, akan tetapi mengecualikan dari semua itu pada sebuah cinta yang sejati, yang mantap bersemayam dalam jiwa. Menurutnya sambil memberikan tekanan terhadap perkataannya  cinta itu adalah cinta yang tidak akan hilang kecuali dengan datangnya ajal.

Selanjutnya Imam Ibnu Hazm berkata, Dengan demikian, adalah benar adanya jika sesungguhnya cinta adalah kesepakatan rohani dan pencampuran jiwa. Ada seseorang yang mengatakan, Jika memang demikian maka cinta antara sepasang kekasih itu adalah hal yang sama seimbang, karena kedua bagian saling berhubungan satu sama lain dan keberuntungan mereka berdua pun adalah satu.

Artinya bahwa disana ada semacam sanggahan yang mengatakan, bahwa mereka yang saling mencintai tidak sama tingkat kecintaan mereka satu sama lain.Dapat kita katakan bahwa memang sanggahan ini dapat dibenarkan, akan tetapi jiwa seseorang yang tidak mencintai orang yang mencintainya bagaikan orang yang pada berbagai arah dikelilingi dengan berbagai masalah yang membuat hatinya tertutup dan penutup yang melingkupinya itu berasal dari karakter-karakter yang bersifat duniawi.

"Jika sebuah cinta itu bersih atau telah mampu keluar dari berbagai ketergantugan dunia, maka akan dirasakan kesetaraan berhubungan dan percintaan".

Jiwa seorang pencinta yang tidak disibukkan dengan kepentingan duniawi yang menghalanginya untuk mencintai orang yang dicintai, sebenarnya ia tahu tempat dimana mereka dapat saling berbagi dalam kedekatan (maksudnya, tempat dimana mereka saling berbagi dalam sebuah kasih sayang).

Ia akan senantiasa berusaha, bertekad, mencari dan bersemangat untuk bertemu, dan ia akan selalu tertarik kepada tempat dimana mereka berdua dapat saling berbagi, hingga kalau mungkin digambarkan seperti layaknya daya tarik magnet dengan besi yang mempunyai kekuatan saling tarik yang begitu kuat.

Maka kekuatan esensi magnetis yang bertemu dengan kekuatan esensi besi, baik dari kekuatan yang dimilikinya ataupun kemurniannya, tidak akan bisa berhasil mencapai tujuan untuk membuat sebuah besi bisa menjadi bagian dari terbentuknya dan masuk dalam unsurnya (artinya, bahwa kekuatan magnetis tidak akan menjadikan magnet tersebut berubah fungsi menjadi sebuah besi meskipun ia termasuk dalam jenisnya).

Demikian halnya dengan tenaga besi  karena memiliki kekuatan tersendiri  ia bermaksud untuk menjadikan dirinya seperti sebuah magnet, karena sebuah pergerakan selamanya terjadi dari sesuatu yang lebih kuat (artinya, yang lebih kuat dalam mencintai itulah yang akan bergerak kepada orang yang dicintainya).

Seperti api yang timbul karena gesekan batu, ia tidak akan menampakkan kekuatan api saat bersentuhan kecuali setelah digesekkan (artinya pergesekan yang kuat antara dua batu hingga muncul suatu percikan api darinya). Jika hal itu tidak terjadi maka api itu akan tetap tersembunyi dalam batu itu, tidak terlihat dan tidak pula tampak.

Termasuk dalil dari hal ini juga adalah bahwa engkau tidak akan menemukan dua orang yang saling mencintai, kecuali memang diantara mereka berdua saling membangun dan memiliki kesamaan sifat dan karakter (artinya sifat internal dalam pembentukan mereka berdua secara psikologis), meski cuma sedikit dari sifat-sifat internal mereka.

Hal ini merupakan suatu keharusan, walaupun masih dalam kadar yang minim. Ketika ditemukan banyak sekali kemiripan maka akan bertambahlah kesamaan dan semakin kuat rasa sayang. Atau ketika antara sifat mereka berdua semakin hari semakin menemukan kesamaan secara psikologis, maka akan bertambahlah kedekatan dan kadar kekuatan kasih sayang antara mereka.

Rasulullah bersabda, Ruh-ruh adalah seperti layaknya tentara yang disiagakan, jika terjalin pengertian maka akan terjadi kekompakan, sedang jika terjadi pengingkaran maka akan tercerai berai.

Jika teori Imam Ibnu Hazm hanya berhenti sampai batas penafsirannya yang berhubungan dengan ruh-ruh para pecinta dengan sebuah persesuaian yang ada dalam jati diri mereka masing-masing, maka hal ini dipandang telah mampu untuk mendapatkan banyak sekali ketenangan secara teoritis dan juga hal itu sangat dekat dengan teks-teks (Nash Al Quran atau Hadits) yang dibuat sebagai argumen.

Sedangkan sebuah cerita yang mengatakan bahwa sebuah bagian sebenarnya telah bertemu dengan bagian yang lain sebelum kemunculannya dalam dunia nyata, adalah suatu perkara yang tidak berdasar sama sekali dan tidak ada dalilnya baik secara naqli maupun aqli.

Perkara seperti ini adalah perkara keyakinan yang mengharuskan adanya dalil dari teks agama. Kemudian Imam Ibnu Hazm berkata, Sedang kenyataan yang selalu saja meletakkan cinta pada bentuk yang indah dalam banyak hal (artinya cerita bahwa cinta senantiasa terdapat dalam tampilan yang indah), pada dasarnya adalah karena "jiwa yang baik akan terpesona dengan segala sesuatu yang baik dan akan condong kepada tampilan yang sempurna, maka jika ia melihat bagian dari dirinya ada pada orang lain, maka hatinya pun akan tertancap disana".

Demikian juga jika jiwa dapat melihat bahwa dibalik kecantikan terdapat sesuatu yang sesuai dengan bentuk jiwanya dan karakter kejiwaannya, maka jiwa itu akan tertaut dan membenarkan cinta yang sesungguhnya.

Namun jika di balik kecantikan itu ia tidak menemukan sesuatu yang sesuai dengan jiwanya, maka cintanya tidak akan melewati batas cinta yang sejati atau hanya sebatas sebuah gambar. Inilah yang dinamakan syahwat.

Artinya jika memang di balik kecantikan orang lain tidak didapati sesuatu yang sesuai dengan sifat-sifat kejiwaan seseorang, maka rasa cinta yang timbul hanya sebatas rasa cinta terhadap kecantikan luar, hubungannya hanya sekedar ketertarikan seksual dan bukan sebuah cinta.

3. Cinta menurut Imam Ibnu Jauzi

Menurut Imam Ibnu Jauzi, cinta adalah kecondongan jiwa yang sangat kuat kepada satu bentuk yang sesuai dengan tabiatnya, maka jika pemikiran jiwa itu kuat mengarah kesana, ia akan selalu mengharapkannya. Oleh karena itu pula, biasanya penyakit baru akan selalu muncul bagi orang yang sedang jatuh cinta.

Beliau berpendapat sebagaimana pendapat pendahulunya dalam teori kecocokan, Para ahli di bidang ilmu hikmah telah mengatakan bahwa cinta tidak akan terjadi kecuali bagi yang memiliki kesamaan dan cinta itu berkurang atau bertambah sesuai dengan kadar kecocokan.

Beliau berargumen dengan hadits Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam, Ruh-ruh adalah layaknya tentara perang yang disiagakan, jika tercipta suasana saling pengertian maka akan terjadi kekompakan dan jika saling penyalahan maka akan hancur porak poranda.

Maka ketika ada orang yang mengatakan, Jika memang penyebab cinta adalah adanya kesamaan watak antara dua pribadi yang berbeda, maka bagaimana bisa terjadi seseorang mencintai si A sementara si A sendiri tidak mencintainya? Jawabannya adalah, karena dalam tabiat orang yang dicintai terdapat kecocokan dengan tabiat orang yang sedang jatuh cinta itu, sedang tabiat seorang yang jatuh cinta itu tidak sesuai dengan apa yang menjadi kecenderungan orang yang dicintai.

Jika memang sebab-sebab cinta adalah kecocokan, baik dalam watak ataupun dalam tabiat, maka tidak benar perkataan orang yang mengatakan, sesungguhnya cinta tidak akan terjadi kecuali karena sesuatu yang dianggap baik, dan bagaimana pun adanya, cinta tetap karena adanya satu kesempatan dan kemauan, kemudian terkadang perkara itu baik menurut seseorang dan tidak baik menurut yang lain.

Namun memang perasaan cinta dapat semakin menguat dengan selalu melihat dan banyak bertemu serta banyak ngobrol, bila dari hal-hal yang semacam ini kemudian dibarengi dengan pelukan dan ciuman maka akan sempurna segala dominasi cinta.

4. Cinta Menurut Imam Ibnu Qoyim

Faktor pendorong dalam masalah cinta terkadang yang dimaksudkan adalah perasaan yang diikuti kehendak dan ketertarikan. Hal ini ada dalam diri seorang yang sedang jatuh cinta, terkadang dimaksudkan juga sebagai sebab yang karenanya dapat ditemukan cinta dan perasaan bergantung dengannya.

Sedangkan bagi kami yang dimaksud dengan pendorong cinta disini adalah kumpulan dari dua perkara; yaitu apa yang dimiliki oleh orang yang dicintai (keadaan kekasih) dari sifat-sifat yang mendorong untuk mencintainya dan apa yang dimiliki orang yang mencintai (keadaan pencinta) dari perasaan dan kecocokan yang ia rasakan, yang mana hal itu dapat menjadi penghubung di antara mereka berdua.

Maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, sifat-sifat orang yang dicintai dan kecantikannya, perasaan orang yang mencintai dan kesempatan yang dimiliki untuk dapat mencintai orang yang dicintainya.

Jika ketiga hal ini kuat dan sudah terlengkapi, maka rasa cinta akan menjadi semakin kuat dan dominan. Demikian juga bahwa kuat dan lemahnya kecintaan seseorang sesuai dengan lemahnya tiga hal ini. Maka ketika sang kekasih sangat cantik dan (apresiasi) perasaan pencinta atas kecantikannya juga dicurahkan dengan sepenuhmya, lalu kesempatan yang ada di antara dua jiwa juga kuat, maka itu merupakan cinta yang kekal dan abadi.

Terkadang kecantikan itu sendiri akan berkurang, tetapi hal itu di mata seorang yang mencintai akan tampak sempurna, maka ciptakanlah suatu kekuatan cinta sesuai dengan kecantikan yang ada. Karena cinta kita kepada sesuatu akan membuat buta dan tuli, maka seorang pecinta tidak melihat siapapun yang lebih cantik selain kekasihnya.

Terkadang kecantikan sudah memenuhi syarat, akan tetapi karena kurangnya rasa apresiasi maka akhirnya mengurangi rasa cinta. Jika keadaan semacam ini terjadi ditambah lagi di antara keduanya tidak memiliki kesempatan untuk berkomunikasi, maka cinta tidak akan bisa menguasai dan bahkan kadang tidak terjadi sama sekali. Karena sesungguhnya yang disebut kesesuaian antara jiwa-jiwa adalah bagian dari sebab-sebab terkuat dari sebuah rasa cinta.

Setiap orang akan mencurahkan sesuatu kepada seseorang yang sesuai dengannya. Kesesuaian ini (sesuatu yang bisa mendekatkan antara mereka), jika memang ada, maka kadang kala bisa merupakan sesuatu yang asli dari asal kejadian (yang berhubungan dengan diri sendiri) dan terkadang juga ada yang bersifat baru yang muncul karena adanya kedekatan.

Persesuaian yang asli adalah kesamaan akhlak dan ruh-ruh serta condongnya setiap jiwa kepada apa yang sesuai dengannya. Maka kesamaan sesuatu akan membuatnya saling mendorong, dan dua jiwa yang bersesuaian bentuk dalam asal penciptaannya akan saling menarik satu sama lain.

Terkadang ketertarikan terjadi secara khusus, hal ini tidaklah logis dan juga menariknya besi terhadap magnet. Walau tidak diragukan lagi bahwa terjadinya kenyataan seperti ini di antara jiwa-jiwa memang lebih berharga daripada apabila hanya terjadi pada benda-benda mati.

Kenyataan inilah yang membuat sebagian orang berkata, sesungguhnya cinta tidak tergantung kepada keindahan atau kecantikan dan tidak dapat pula dipastikan. Jika tidak ada dua hal itu tidak akan terjadi cinta, akan tetapi cinta adalah terbentuknya jiwa dan peleburannya dalam karakter makhluk. Ada sebagian orang yang berkata kepada kekasihnya, Kutemukan di dalam dirimu hakikat jiwaku dan engkau membangunnya dalam setiap keadaan maka engkau tumbuhkan jiwaku di dirimu dan sesungguhnya identitasmu adalah diriku.

"Jika cinta yang timbul disebabkan kesamaan dan kecocokan telah tertancap dan memiliki tempat khusus di hati dan tidak dapat dihilangkan kecuali dengan adanya halangan yang lebih kuat dari sebab yang ada, maka cinta itu adalah cinta yang sejati. Namun jika tidak disebabkan dengan kesesuaian bentuk (keserupaan antara mereka dalam sifat intern), maka itu adalah cinta karena maksud tertentu yang akan hilang dengan hilang dan lenyapnya maksud tersebut."

Maka jika seorang yang mencintai dirimu karena sesuatu, maka cinta itu akan hilang ketika sesuatu itu hilang.

Dorongan cinta yang seperti itu (jika maksud tertentu itu ada di pihak pecinta) tidak akan bertahan lama dan jika ada di pihak orang yang dicintai pun, maka cintanya akan cepat sekali luntur dan berpindah. Cinta akan hilang seiring dengan hilangnya maksud, karena sesungguhnya cinta itu menuntut persesuaian dan kecocokan.

Imam Ahmad bin Hambal dalam kitab musnadnya telah meriwayatkan sebuah hadits dari Aisyah radhiyallahu anha, bahwa ada seorang perempuan yang bertemu seorang Quraisy kemudian orang-orang menertawainya. Perempuan itu datang ke Madinah dan singgah pada seorang perempuan yang menjadi bahan tertawaan orang dan Rasulullah berkata, Ruh-ruh adalah seperti tentara yang disiapkan maka jika saling mengenal dengan baik ia akan kompak dan bilamana ia dikhianati maka akan rusak keadaannya.

Jika engkau amati, niscaya engkau hampir tidak menemukan dua orang yang kasmaran kecuali memang di antara mereka ada kesesuaian dan kesepakatan dalam pekerjaan, keadaan atau ada maksud tertentu, maka jika tampak muncul perbedaan maksud dan sifat, perbuatan dan tata cara, pada yang semacam itu tidak akan berarti lain kecuali hanya bagaikan sepenggal cerita dan akan tercipta jarak yang jauh dalam hati mereka.

Imam Ibnu Qoyyim banyak menyebutkan pendapat Imam Ibnu Hazm dalam menentang orang-orang yang mengatakan bahwa kenyataan ternyata berbeda dengan bukti yang tampak dan yang harus menjadi konsekuensi pendapatnya.

Beliau menyatakan bahwa ketika seseorang mencintai orang lain sampai orang lain itu dapat mencintainya, maka mereka berdua akan saling membantu dalam kecintaan. Ini adalah pendapat yang telah kita tuturkan dalam tema teori Imam Ibnu Hazm.

Kemudian beliau memaparkan teori kekaisaran Yunani tentang cinta dan ia menjadikan teori tersebut sebagai sasaran penentangannya. Ia berkata, Terdapat sebuah golongan yang mencoba menjawab bahwa ruh-ruh diciptakan menyerupai bentuk bola kemudian dibagi dua, dimana dua ruh itu pada akhirnya saling bertemu dan berdampingan, lalu akan membentuk keharmonisan dan kasih sayang di alam ini.

Jika terpisah-pisah, pandangan yang salah kaprah yang diletakkan oleh orang-orang dahulu, yang menduga bahwa ruh (arwah) ada sebelum adanya jasad atau tubuh dan mereka saling berkenalan dan berdampingan di alamnya. Sudah jelas bahwa jawaban seperti ini tentu salah, akan tetapi benar sebagaimana ditunjukkan oleh syara dan akal bahwa ruh-ruh diciptakan bersama dengan jasad dan selama 4 bulan ia masih berupa Nutfah hingga memasuki bulan ke-5. inilah awal terjadinya ruh di dalam tubuh.

Siapa pun yang mengatakan bahwa ruh telah diciptakan sebelum itu, sesungguhnya dia telah mengada-ada. Lebih buruk dari pendapat ini adalah pendapat orang yang mengatakan bahwa ruh adalah sesuatu yang memang sudah ada sejak mula, atau orang yang memilih tidak berpendapat dalam masalah ini.

Akan tetapi yang benar dalam menjawab masalah ini adalah bahwa cinta sebagaimana disebutkan dimuka terbagi dalam dua bagian:

Pertama, cinta yang bersifat aksidental atau tidak esensial yang didalamnya terdapat maksud tertentu. Cinta yang seperti ini tidak mengharuskan terjadinya persekutuan dalam jiwa atau ruh, akan tetapi bisa juga dibarengi dengan kebencian orang yang dicintai dan kejengkelannya terhadap orang yang mencintainya. Selain memang orang yang melakukan hal ini memiliki maksud tertentu sesuai keinginannya, maka orang ini mencintai sesuai apa yang menjadi targetnya. Sebagaimana hal ini banyak terjadi pada semua orang, baik lelaki atau pun perempuan yang masing-masing memiliki maksud tertentu dengan pasangannya.

Seperti seorang lelaki yang hanya menginginkan kecantikannya dan bagi perempuan hanya menginginkan hartanya, atau hasrat mereka berdua hanya sebatas nafsu semata.

yang kedua adalah cinta yang bersifat rohani, dimana sebabnya adalah kecocokan antara dua jiwa. Perasaan seperti ini tidak akan terjadi kecuali tumbuh dari dua arah yaitu dari pihak laki-laki atau pun wanita sebagaimana lazimnya. Maka seandainya seorang kekasih ingin mencari atau menyelidiki kebenaran rasa cinta yang ada di hati kekasihnya, maka dia akan temukan beraneka ragam jawaban; ada yang rasa cinta kekasihnya itu sepadan dengan cintanya, ada yang lebih kecil rasa cintanya, bahkan ada juga yang rasa cinta kekasihnya melebihi rasa cintanya ( kepastian cinta seorang yang dicintai kepada orang yang mencintai dan juga faktor pendorongnya).

Kemudian, kapankah kira-kira kecantikan fisik juga menjamin kecantikan akhlak dan tabiat? Ada beberapa sifat yang justru lebih kuat mendorong timbulnya rasa cinta. Dorongan atau faktor yang menyebabkan cinta dari seorang yang mencintai ada empat perkara:

Pertama, dengan cara melihat. Melihat itu sendiri mempunyai beberapa cara, ada yang dengan mata kepala dan ada yang dengan menggunakan hati. Banyak sekali orang yang mencintai dan terhanyut di dalam cintanya sedang dia sendiri belum melihatnya, tetapi hanya sekedar mendapat gambaran atau cerita. Karena itu Rasulullah melarang kepada wanita untuk mensifati salah seorang wanita kepada suaminya hingga seolah suaminya dapat melihat wanita yang diceritakannya itu dengan nyata.

Kedua, nilai positif. Jika dalam penglihatannya tidak membekas sesuatu yang bernilai positif dan baik, maka rasa cinta tidak akan timbul.

Ketiga, selalu memikirkan kepada apa yang dilihat dan suara hatinya, maka jika pemikirannya terdesak oleh perkara lain yang lebih penting dari itu, kemungkinan besar cinta itu tidak akan tertambat meskipun getar dan godaan itu tidak bisa dihilangkan secara keseluruhan (artinya tetap tersisakan dari cintanya itu).

Namun jika seseorang telah melihat, menilai positif, memikirkan dan mengharap, maka berkobarlah bara api cinta di hatinya.

Di sela-sela konteks penjelasan Imam Ibnu Qoyyim terhadap teorinya tentang cinta, dihadirkan pula disana masalah pengaruh bersetubuh (yang dimaksudkan di situ adalah pengaruh seksual pada batas tertentu), apakah akan mematikan cinta atau bahkan menambah cinta?

Setelah beliau menghadirkan dua pendapat yang saling bertentangan dalam masalah tersebut, beliau berkata, Bersetubuh yang haram dapat merusak cinta. Secara otomatis cinta antara pasangan itu akan berakhir menjadi permusuhan dan saling benci sebagaimana telah disaksikan,

karena semua cinta yang bukan karena Allah akan berakhir dengan kebencian dan kejengkelan.

Namun jika dibandingkan dengan sesuatu yang termasuk sebagai dosa besar, hal ini adalah permusuhan di antara permusuhan yang terbesar sebagaimana dikatakan oleh Allah,

Teman-teman akrab (yang berdua-duaan sendiri) pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa. (Qs. Az-Zukhruf : 67)

sedangakan jima yang dihalalkan merupakan sesuatu yang dapat menambah rasa cinta jika sesuai dengan harapan orang yang mencintai itu. Sesungguhnya ketika dirasakan kenikmatan jima itu, maka akan membuatnya merasakan kenikmatan lain yang dapat menambah rasa cintanya.

*Diambil dari buku : Cinta Dalam Perspektif Islam, Revolusi Melawan Paham Materialisme, karya Muhammad Ibrahim Mabrouk.

[Continue reading...]

22 Juli 2014

Jalan menuju jihad..

- 0 komentar

Syaikhul mujahid abu mus'ab azzarqowi berpesan.. jika kalian ingin berjalan diatas jalan jihad maka lazimilah ini :

1. Memperbanyak dan memperbaiki bacaan alquran.

2. Memperbaiki akhlak.

3. Meneguhkan kesabaran.

4. Memperbanyak sholat malam.

karna aku tidak melihat seorang mujahid kecuali mereka melakukannya...

[Continue reading...]

21 Juni 2014

tanda ketawadhu'an

- 0 komentar
rasulullah bersabda :
sesungguhnya puncak keteguhan adalah tawadhu’.” Salah seorang bertanya kepada Imam, “Apakah tanda-tanda tawadhu’ itu?” Beliau menjawab, “Hendaknya kau senang pada majlis yang tidak memuliakanmu, memberi salam kepada orang yang kau jumpai, dan meninggalkan perdebatan sekalipun engkau di atas kebenaran.(al-hadist)
[Continue reading...]

27 Mei 2014

seorang kristen, nekat mencuri al-qur’an demi membuktikan kebenaran injil

- 0 komentar
Baris demi baris kalimat dalam kitab setebal 500-an halaman yang dibacanya hanya menyisakan satu kesan di benaknya; kagum. Dan kekaguman yang bercampur rasa ingin tahu menjadi satu alasan bagi pemuda bernama Brent Lee Graham untuk mencuri buku itu dari perpustakaan kampusnya.


 Dengan desain sampul yang menurutnya eksotis, buku berbahasa Inggris itu lebih dari sekadar menarik bagi Brent. Selain menyajikan berbagai cerita indah para nabi, buku itu berisi banyak kisah mengagumkan yang tak banyak ia ketahui.


 “Saat itu aku baru berusia 17 tahun,” Brent mengawali kisahnya pada Republika, di sebuah pusat perbelanjaan Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.



-0-0-

 Semua berawal dari perenungannya tentang kematian. Brent yang telah mengubah namanya menjadi Isa Graham itu masih mengingat jelas dua peristiwa yang membuka matanya tentang kematian, hal yang tak pernah menyibukkannya.

 Masa mudanya yang akrab dengan musik membuat Brent dekat dengan pesta. Dan pesta pada malam itu berbeda. “Aku terus mengingatnya hingga sekarang,” ujar pria yang pernah belajar di sekolah musik itu.


 Malam itu, sebelum memasuki rumah tempat pesta digelar, Brent melihat beberapa orang membawa keluar sesosok tubuh lunglai seorang pemuda mabuk. Pemuda itu lalu diletakkan di salah satu sisi halaman rumah, dan ditinggalkan bersama mereka yang lebih dulu tak sadarkan diri karena alkohol. Tak ada pertolongan, tak ada obat-obatan. “Aku berpikir, bagaimana jika mereka mati?” ujarnya.


Brent tak dapat membenarkan apa yang baru dilihatnya. Terlebih, ketika ia berharap ada sedikit kepedulian di sana, Brent justru mendapati sebaliknya. “Beberapa orang yang baru datang ke pesta berlalu begitu saja saat melewati mereka yang tergeletak di halaman. Itu menyedihkan,” katanya.


Terhenyak, Brent mendengar teriakan dari dalam rumah, memanggilnya. Teman-temannya meminta Brent masuk dan memainkan musik untuk mereka.” Brent masuk dengan sebuah pertanyaan menghantuinya. “Jika aku mengalami hal menyedihkan seperti orang-orang yang ada di halaman itu dan kemudian mati, apakah mereka akan memikirkan keadaanku?”


 Keesokannya, sebuah peristiwa lain kembali menghentak hati Brent, memaksanya merenungi segala hal dalam hidupnya. “Seorang dosen mendatangi kelasku dan membawa berita kematian salah seorang teman sekelas kami,” kenangnya. Brent terguncang.


 Ia semakin teguncang mengetahui teman sekelasnya itu meninggal karena heroin. Brent menjelaskan, semua orang di kampus tahu teman mereka yang baru meninggal itu tak pernah menggunakan heroin. “Dan ia meninggal pada percobaan pertamanya menggunakan obat terlarang itu,” Isa menghela nafas. “Hidup begitu singkat.”


Perasaan takut menyergap Brent. Dan remaja 17 tahun itu mulai memikirkan kehidupannya, juga kematian yang ia tahu akan menghampirinya.



Brent memiliki seorang Ibu yang menjadi pengajar Injil, dan menyekolahkan Brent di sebuah sekolah Injil. “Aku mengetahui isi kitab suciku. Dan karenanya, aku banyak bertanya tentang agamaku,” kata Brent.

Brent tahu, nabi-nabi yang diutus jauh sebelum Yesus lahir menyampaikan ajaran yang sama, yakni tauhid. “Pun Yesus. Dalam Injil dijelaskan bahwa ia menyerukan tauhid. Dan itu bertentangan dengan konsep Trinitas yang diajarkan gereja,” ujarnya.



Siang itu, saat membaca terjemahan Alquran di perpustakaan kampus, Brent dikejutkan oleh sebuah ayat yang mengatakan bahwa Yesus bukanlah anak Tuhan. “Ayat itu seolah menjawab keraguanku tentang Trinitas,” katanya.



“Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.” (An-Nisa’: 171)



Brent mencuri Alquran itu dari perpustakaan, dan mulai berinteraksi dengan Alquran. Keterkejutan terbesar muncul saat ia membaca ayat-ayat tentang Yesus. “Alquran memuat cerita tentang kelahirannya yang menakjubkan, tentang ibunya yang mulia, juga keajaiban yang tidak diceritakan dalam Injil, ketika dari buaian ia membela kehormatan ibunya.”



Penemuan hari itu membawa Brent pada sebuah misi pembuktian. “Aku bertekad menemukan pernyataan Injil yang akan mampu menjawab pernyataan Alquran. Dan Brent menemukannya. Sayang, jawaban itu sama sekali tak mendukung doktrin agamanya, dan justru membenarkan Alquran.



Dalam Injil Yohanes 3:16 misalnya, tulis Brent dalam artikel “My Passion for Jesus Christ” (muslimmatters.org), disebutkan tentang anak Tuhan dan kehidupan abadi bagi siapapun yang mempercayainya. “Jika kita terus membaca, kita akan bertemu Matius 5:9 atau Lukas 6:35 yang menjelaskan bahwa sebutan ‘anak Tuhan’ tidak hanya untuk Yesus,” katanya.



Brent menambahkan, baik dalam teks Perjanjian Baru dan juga Perjanjian Lama, Injil menggunakan istilah “anak Tuhan” untuk menyebut orang yang saleh. “Dalam Islam, kita menyebutnya muttaqun (orang-orang yang bertakwa),” jelas Isa.



Dalam pencarian yang semakin dalam, Brent menemukan bahwa ayat terbaik yang dapat membuktikan doktrin trinitas telah dihapuskan dari Injil. “Ayat itu dulu dikenal sebagai Yohanes 5:7, dan kini secara universal diyakini sebagai sebuah ayat sisipan yang penah secara sengaja ditambahkan oleh gereja,” terang Isa yang kemudian menguraikan hasil penelitian seorang profesor peneliti Injil asal Dallas, Daniel B. Wallace, tentang ayat tersebut.



Dari The New Encyclopedia Britannica yang dibacanya, Brent menemukan pula bahwa tidak satupun doktrin dalam Perjanjian Baru, termasuk kata Trinitas ataupun perkataan Yesus sekalipun, bertentangan dengan pengakuan Yahudi tentang ketauhidan yang disebutkan dalam Perjanjian Lama (Injil Ulangan 6:4).

Brent berkesimpulan, bukan Yesus ataupun para pengikutnya yang mengajarkan Trinitas. “Dan mereka yang mengajarkan Trinitas menambahkan keyakinan yang dibuat-buat ke dalam Injil?” ia bertanya, sekaligus menjawab pertanyaan yang muncul di otaknya.



Setelah mencapai kesimpulan yang sulit diterimanya itu, ia menemukan sebuah peringatan dalam Injil Perjanjian Lama. “… jika seseorang menambahkan (atau mengurangi) sesuatu kepada perkataan-perkataan ini, maka Allah akan menambahkan kepadanya malapetaka-malapetaka yang tertulis di dalam kitab ini.” (Wahyu 22:18-19)



“Ayat itu senada dengan pernyataan Alquran,” tandas Brent. “Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: ‘Ini dari Allah’, (dengan maksud) memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka kerjakan.” (Al-Baqarah: 79)



Pertanyaan dalam otak Brent belum tuntas. Ia kembali bertanya-tanya, “Jika Injil dan Alquran sama-sama memastikan Yesus bukanlah seorang anak Tuhan, lalu siapa dia?”



Lagi-lagi, Brent menemukan banyak kesepakatan antara Injil dan Alquran. Melalui ayat masing-masing, kedua kitab yang diselaminya itu menegaskan kenabian Yesus. “Yesus diutus untuk menyeru umatnya pada keesaan Tuhan, sebagaimana dilakukan para nabi dan rasul sebelumnya.”



Persoalan agama itu menjadikan Brent semakin kritis, yang menggiringnya pada berbagai pertanyaan besar tentang agamanya. Ia mempelajari berbagai agama lain. “Aku mencari tahu tentang beberapa agama, aku mempelajari paganisme, dan aku tertarik pada Islam.”



Di mata Brent kala itu, Islam adalah agama yang sempurna. “Aspek ekonomi, pemerintahan, semua diatur dengan baik dalam Islam. Aku kagum pada cara Muslim memperlakukanku, dan aku sangat kagum pada bagaimana Islam meninggikan derajat perempuan.”



Brent pun menyatakan keinginannya untuk masuk Islam pada seorang teman Muslimnya. “Sayang, ia memberitahuku bahwa aku tak bisa menjadi Muslim, hanya karena aku dilahirkan sebagai Kristen. Karena tak mengerti, aku menerima informasi itu sebagai kebenaran,” sesalnya.



Bagi pemuda kebanyakan di Australia, bisa jadi kehidupan Brent nyaris sempurna. Ia mahir memainkan alat musik, menjadi personel kelompok band, dan popular. Ia bisa berpesta sesering apapun bersama teman-teman yang mengelukannya. “Namun aku tidak bahagia dengan semua itu. Aku tak tahu mengapa.”



Namun terlepas dari kondisi tidak membahagiakan itu, Brent sangat mencintai musik. Ia mempelajari musik, memainkannya, mengajarkannya, dan menjadi bahagia dengannya. Hingga ia berfikiran bahwa musik adalah agamanya, karena mampu membuatnya bahagia.



Tanpa agama yang menenangkan hatinya, Brent seolah terhenti di sebuah sudut dengan banyak persimpangan. Perhentian itu membangunkannya di sebuah malam. “Aku berkeringat dan menangis. Aku sangat ketakutan sambil terus bergumam ‘Aku bisa mati kapanpun’,” tuturnya.



Dengan keringat dan air mata itu, Brent memanjatkan doa. “Aku meminta pada semua Tuhan; Tuhan umat Kristen, Tuhan umat Islam, Tuhan siapapun, karena aku tak yakin harus meminta pada salah satu diantaranya.”



“Tuhan, aku teramat sedih dan gundah dan tak tahu bagaimana menyelesaikannya. Tolong, beri aku isyarat, beri aku petunjuk, beri aku jalan keluar,” Brent mengutip doa yang diucapkannya 15 tahun lalu.


Isyarat Allah menghampiri Brent keesokan harinya. Seorang Muslimah asal Burma yang menjadi teman kampusnya mengiriminya sebuah email. Ia tahu Brent telah tertarik pada Islam sejak belajar di sekolah menengah, dan dalam emailnya itu ia bertanya apakah Brent masih tertarik pada Islam. Brent mengiyakan.


 Beberapa hari kemudian, teman asal Burma itu datang ke rumah Brent dan membawakannya sejumlah buku tentang Islam. Membacanya, Brent tahu bahwa Islam tak melarang non Muslim sepertinya untuk memeluk agama itu. “Dari buku itu aku tahu bahwa banyak dari sahabat Nabi saw, termasuk Abu Bakar, adalah mualaf. Aku sangat senang dan berteriak dalam hati, ‘Ini yang kumau’.”


 Selesai dengan bacaannya, Brent mendatangi seorang teman Muslim dan memintanya menjelaskan tentang jannah (surga). Dari penjelasan tentang surga itu, bertambahlah kekaguman Brent, juga kemantapannya pada Islam. Masjid Al-Fatih Coburg, Melbourne, menjadi saksi keislaman Bent Lee Graham.


 Ia lalu mengganti namanya menjadi Isa Graham. “Aku ingin orang (non Muslim) tahu bahwa dalam Islam, kami juga mempercayai Yesus,” ujarnya. Bagi Isa, mencintai seseorang tidak seharusnya diwujudkan dengan menuhankannya, melainkan mengatakan segala sesuatu tentangnya apa adanya. “Kini aku ingin menunjukkannya pada Yesus, bukan sebagai seorang Kristen, namun sebagai Muslim,” tegas Brent menutup perbincangan.

diambil dari : kisahmuallaf.com
[Continue reading...]

26 Mei 2014

pesan jibril

- 0 komentar


jibril berkata :
wahai muhammad ,
hiduplah sesukamu , namun kamu pasti akan mati
cintailah siapa saja yang kamu suka , namun kamu pasti akan berpisah dengannya
dan berbuatlah sesukamu , sebab kamu pasti akn mendapatkan balasannya

wahai muhammad ,
kemuliaan seorang mukmin itu terletak pada sholat malam
dan harga dirinya terletak pada sikap merasa cukup dari apa yang dimiliki orang lain
[Continue reading...]

tips rosulullah bagi penghafal quran

- 0 komentar


rosulullah bersabda :

jika penghafal alquran sholat lalu membacanya(alquran)pada malam dan siang hari , maka ia pasti mengingatnya ,dan jika ia tidak melakukannya ,maka ia akan melupakannya (HR.MUSLIM)
[Continue reading...]

7 November 2013

perihal mukmin

- 0 komentar
rasulullah bersabda:
sungguh menakjubkan perihal mukmin, karna semua urusannya itu selalu baik, dan hal itu tidak terdapat pada seorang pun kecuali bagi seorang mukmin. jika dia mendapat kelapangan, dia bersyukur, maka hal itu menjadi kebaikan baginya, dan apabila dia mendapat kesempitan, dia bersabar. maka hal itu menjadi kebaikan baginya (HR.MUSLIM)
[Continue reading...]

kunci persatuan kaum muslimin

- 0 komentar
dahulu kaum muslimin adalah orang orang paling disegani diseluruh dunia , tiada yang berani membuat masalah dengannya , jika seorang darinya disakiti maka puluhan ribu jiwa pun kan turut membalaskan kesakitan yang ditimpakan pada saudaranya itu dimanapun dia berada, mereka diikat oleh ikatan yang jika ditarik pangkalnya maka ujungnya pun akan tertarik , ikatan yang melahirkan kepedulian dan pengorbanan bagi setiap yang terikat dengannya..tanpa pandang bulu..tidak peduli dara negara mana atau ras apa.. , mereka kanmembela siapa saja yang didzolimi dari mereka..walaupun harta..,darah..,ataupu nyawa sebagai taruhannya..

itulah ikatan islam!, setiap yang persyahadat akan terbebas dari permusuhan dengannya.

namun roda kehidupan terus berputar ..orang orang yang membencinya berusaha memutus ikatan tersebut, mereka curahkan jiwa dan raga tanpa kenal putus asa, mereka menggabungkan kekuatan..memutus ikatan itu dari dalam dan luar, mengorbankan apa saja untuk tujuan itu..

ternyata kaum muslimin lengah dengan makar yang mereka rencanakan..kaum muslimin mulai terbuai dengan dunia dunia yang mereka ciptakan, mereka membuat kebatilan seakan-akan benar dimata kaum muslimin, mereka munculkan propaganda-propaganda, mereka masukkan sedikit demi sedikit kebatilan kedalam kebenaran sehingga dianggap benar, yang busuk seakan akan harum, yang jelek seakan akan baik, bahkan kebenaran pun mulai dianggap tabu dimata kaum muslimin.

ikatan itu diputus..tidak ada lagi kepedulian pada sesama muslim..
kaum muslimin mulai berjalan sendiri-sendiri, wilayah membatasi mereka dari kepedulian.
disatu sisi ada saudara mereka yang disiksa tanpa henti, dibunuh, dilecehkan.. namun disisi lain mereka sibuk merencanakan dunia mereka,bermain-main,berpesta,menghamburkan harta,dan mencari kesenangan kesenangan dunia..berjalan di bumi tanpa ada ganjalan di hati mereka, tidak mau tau apa yang terjadi pada saudara-saudara mereka ditempat lain.. dan jika saja sedikit cobaan itu menimpa mereka, mereka akan meraung-raung meminta pertolongan, mepertolongan dari saudara mereka di tempatlain..menghujat orang orang yang tidak peduli pada mereka, padahal mereka sendiri adalah orang-orang yang enggan memberi pertolongan...

disitulah inti pokok lemahnya kaum muslimin..seperti sebatang lidi kaum muslimin sangat mudah dihancurkan.

maka menjadi hal yang sangat ditakutkan oleh orang kafir, ketika kaum muslimin mencampakkan nasionalisme..dan membuang ras-ras mereka bersatu kembali atas asas-asas islam, menolong, berkorban, untuk siapa saja yang beragama islam..


rosulullah bersabda:“Ikatan keimanan yang paling kuat adalah yang terwujud di dalam memberikan loyalitas dan menyatakan permusuhan, serta mencintai dan membenci karena Allah semata’.( HR. Ahmad)[1]


itulah wala' dan bara'!!


Tatkala Barat mengetahui rahasia kekuatan ini, mereka berusaha sekuat tenaga untuk menghantam dan melenyapkannya, atau paling tidak melemahkan aqidah al Wala’ dan Bara’ tersebut dari tubuh umat Islam. Paham “Nasionalisme”lah, yang menjadi salah satu pilihan mereka untuk mewujudkan cita-cita busuk tersebut. Akibatnya, sebagai kenyataan pahit yang harus ditelan umat Islam adalah hilangnya pemahaman al Wala’ dan al Bara’ ini dari jiwa para generasinya, loyalitas mereka kepada dienul Islam sedikit demi sedikit semakin menipis, yang akhirnya dihempaskan oleh pemahaman-pemahaman sesat.


Mereka beramal dan berjuang bukan lagi karena membela kepentingan Islam, atau demi tegaknya kalimatullah di muka bumi ini, begitu juga kepercayaan bahwa Islam merupakan rahmat bagi seluruh alam, mulai goyang. Mereka tidak mau lagi menengok lagi nilai-nilai dan ajaran Islam untuk memakmurkan dunia dan memajukan sebuah bangsa.


Oleh karenanya, jauh-jauh sebelumnya, Islam telah mewanti-wanti umatnya supaya tidak terperangkap dalam pemahaman sesat seperti ini. Dalam sebuah hadits shohih Rasulullah saw bersabda:

“Dan barangsiapa mati di bawah bendera kefanatikan, dia marah karena fanatik kesukuan atau karena ingin menolong kebangsaan kemudian dia mati, maka matinya seperti mati jahiliyah (HR. Muslim)



Larangan keras ini lebih dirinci lagi oleh syaikh Muhammad Said Al-Qahthani dalam tesisnya yang berjudul Al Wala’ wal Al Bara’, beliau mengatakan:

Bahwa Nasionalisme merupakan salah satu bentuk kesyirikan, karena dia akan menuntut seseorang untuk berjuang membelanya, dan membenci setiap kelompok yang menjadi musuhnya – tanpa melihat muslim atau tidak-, dengan demikian secara tidak langsung ia telah menjadikannya sebagai tandingan Allah”.

dan jika kesadaran itu sudah kembali lekat dihati hati kaum muslimin disanalah kemenangan itu akan tercipta!!
[Continue reading...]

7 rintangan taqwa

- 0 komentar
al-allamah ibnu muflih al-maqdisi menerangkan.."ketahuilah bahwa setan menghadang orang orang beriman dengan tujuh rintangan..

pertama adalah rintangan kekafiran , jika selamat darinya..

maka dengan rintangan bid'ah , jika selamat..

maka dengan rintangan dosa-dosa besar..

lalu dengan dosa-dosa kecil , jika selamat..

maka dengan amalan mubah yang menyibukkan mereka dari berbagai ketaatan , jika masih bisa mengalahkannya..

maka dengan menyibukkannya dengan mengerjakan amalan yang kurang utamasementara ada amalan yang lebih utama , jika masih tetap selamat darinya..

maka dia akan menghalanginya dengan rintangan yang ketujuh. dan tidak ada seorang berimanpun yang bisa selamat darinya, jika ada.. maka rosulullah pasti termasuk yang selamat darinya.. rintangan itu adalah pengerahan musuh musuh durjana dengan berbagai macam marabahayanya.
[Continue reading...]
 
Copyright © . perfect muslim - Posts · Comments
template by syahid januar ·